Hell Yeah Pointer 3

Sabtu, November 7

MAKALAH - PUASA

 


PUASA

 

            APengertian, Rukun, Syarat dan yang Membatalkan Puasa

1.      Definisi Puasa

Puasa atau juga yang dikenal dengan sebutan shaum dari segi bahasa bermakna imsak (menahan) dan secara syar’i bermakna: Menahan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkan, mulai terbit fajar subuh hingga terbenamnya matahari.[1]

Dalam pengertian syar’i puasa digambarkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 187 yaitu menahan nafsu dari makan, minum dan hubungan seksual dari terbit fajar dan terbenam matahari.

2.      Rukun Puasa

a.       Niat

Kedudukan niat dalam ajaran Islam penting sekali, karena ia menyangkut dengan kemauan.

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung kepada niat, dan setiap manusia hanya memperoleh menurut apa yang diniatkannya”[2]

Banyak terjadi kesalahfahaman tentang niat dalam berpuasa ini. Kata niat itu sebenarnya berarti kehendak atau maksud untuk mengerjakan sesuatu dengan sadar dan sengaja. Tetapi banyak orang mengartikan seolah-olah niat itu berarti mengucapkan atau melapalkan serangkaian kata-kata yang menjelaskan bahwa yang bersangkutan akan berbuat ini atau itu.

b.      Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari.

Firman Allah SWT:

أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ ...

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الأبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الأسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ ... (البقرة: ١٨٧)

“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan Puasa bercampur dengan istri-istri kamu… dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam……

(QS. Al-Baqarah: 187)

Sabda Nabi SAW:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ ذَرَعَهُ الْقَيْءُ فَلَيْسَ عَلَيْهِ قَضَاءٌ وَمَنْ اسْتَقَاءَ عَمْدًا فَلْيَقْضِ

“Dari Abu Hurairah, ia mengatakan bahwa Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa muntah karena terpaksa (tidak disengaja), maka tidak wajib mengqadha (puasa). Tetapi barangsiapa muntah dengan sengaja, maka ia harus mengqadha puasanya”.[3]

3.      Syarat Puasa

Para ulama ahli fiqh membedakan syarat-syarat puasa atas:

a.       Syarat wajib puasa:

1.      Berakal (‘aqil)

Orang yang gila tidak diwajibkan puasa.

2.      Baligh (sampai umur)

Oleh karena itu anak-anak belum wajib berpuasa.

رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ عَنْ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنْ الْمُبْتَلَى حَتَّى يَبْرَأَ وَعَنْ الصَّبِيِّ حَتَّى يَكْبُرَ

“Hukuman tidak berlaku atas tiga hal: orang yang tidur hingga ia terjaga, orang yang gila hingga ia waras dan anak kecil hingga ia dewasa”[4]

3.      Kuat berpuasa (qadir)

Orang yang tidak kuat untuk berpuasa baik karena tua atau sakit yang tidak dapat diharapkan sembuhnya, tidak diwajibkan atasnya puasa, tapi wajib bayar fidyah.

b.      Syarat syah puasa:

1.      Islam

Orang yang bukan Islam (kafir) tidak syah puasanya, demikian pula orang yang murtad.

2.      Mumayiz (mengerti dan mampu membedakan yang baik dengan yang tidak baik).

3.      Suci daripada darah haid, nifas dan wiladah

Wanita diwajibkan puasa selama mereka tidak haid, jika mereka sedang haid tidak diwajibkan puasa, tetapi diwajibkan mengerjakan qadha sebanyak puasa yang ditinggalkan setelah selesai bulan puasa.

Pada shalat, bagi orang yang haid lepas sama sekali kewajiban shalat, sedangkan pada puasa tidak lepas, tetapi di qadha pada waktu yang lain.

4.      Dikerjakan dalam waktu/hari yang dibolehkan puasa.

5.      Niat sedari malam bagi puasa wajib. Tidak sah puasanya tanpa niat, dan tempat niat di hati.[5] 

4.      Yang Membatalkan Puasa

Diantara hal-hal yang membatalkan puasa itu ada yang termasuk semacam pengeluaran, seperti jima’ (persetubuhan), sengaja muntah, haid dan berbekam; dan ada pula semacam pengisian perut, seperti makan dan minum.

5.        Sunnah puasa

a.       Mengakhirkan sahur hingga bagian akhir malam, selama tidak khawatir terbitnya fajar.

b.      Menyegerakan berbuka jika telah pasti tenggelamnya matahari.

c.       Memperbanyak amal-amal kebaikan, dan yang terdepan adalah menjaga shalat 5 waktu tepat pada waktunya yang dikerjakan bersama jamaah, membayar zakat kepada yang berhak, memperbanyak shalat sunah, sedekah, tilawah al-Quran, zikir, berdoa dan beristigfar.

d.      Jika dicela hendaknya mengatakan: "Aku sedang puasa." Tidak membalas celaan, tetapi menanggapinya dengan baik agar mendapatkan pahala dan selamat dari dosa.

e.       Membaca doa ketika berbuka.

f.       Berbuka dengan ruthab (kurma mengkal), jika tidak ada dengan tamr (kurma masak) dan jika tidak ada dengan air. 

C. Cara Melaksanakan Puasa

1.      Niat

2.      Makan sahur

Makan sahur ini adalah penambah kekuatan agar jasmani kuat dalam berpuasa esok harinya dan sebaiknya di akhirkan artinya mendekati terbitnya fajar (menjelang subuh).

Sabda Nabi SAW:

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السُّحُورِ بَرَكَةً

“Dari Anas RA dia berkata Rasulullah SAW bersabda, “Sahurlah kalian! Sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah”.[6]

3.      Menjauhkan diri dari hal –hal yang membatalkan puasa

4.      Sholat fardhu berjamaah

5.      Menyegerakan berbuka apabila telah tiba waktunya

6.      Berbuka dengan kurma atau yang manis-manis.

7.      Berdoa sebelum memakan atau minum ketika berbuka

8.      Memberi makan orang yang berpuasa (berbagi)

9.      Memperbanyak amal baik



[1] Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, Panduan Praktis Berpuasa, (Jakarta: DARUL                         HAQ, 2012), hal. 5

[2] HR. Bukhari no. 1

[3] HR. Tirmidzi no. 720, Abu Daud no. 2380

[4] HR. Abu Daud no. 4398, Nasa’i no. 3378

[5] Lihat Dalil at-Thalib oleh Syaikh Mar'i Ibn Yusuf hal.75-76

[6] HR. Bukhari no. 1789, Muslim no. 1835

Minggu, November 1

MAKALAH - SYIRIK

 BAB I

PENDAHULUAN

       Latar Belakang

Ada tiga sebab fundamental munculnya perilaku syirik, yaitu al-jahlu (kebodohan), dhai’ful iiman (lemahnya iman), dan taqliid (ikut-ikutan secara membabi-buta).

Al-jahlu sebab pertama perbuatan syirik. Karenanya masyarakat sebelum datangnya Islam disebut dengan masyarakat jahiliyah. Sebab, mereka tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Dalam kondisi yang penuh dengan kebodohan itu, orang-orang cendrung berbuat syirik. Karenanya semakin jahiliyah suatu kaum, bisa dipastikan kecenderungan berbuat syirik semakin kuat. Dan biasanya di tengah masyarakat jahiliyah para dukun selalu menjadi rujukan utama. Mengapa? Sebab mereka bodoh, dan dengan kobodohannya mereka tidak tahu bagaimana seharusnya mengatasi berbagai persoalan yang mereka hadapi. Ujung-ujungnya para dukun sebagai narasumber yang sangat mereka agungkan.

Penyebab kedua perbuatan syirik adalah dhai’ful iimaan (lemahnya iman). Seorang yang imannya lemah cenderung berbuat maksiat. Sebab, rasa takut kepada Allah tidak kuat. Lemahnya rasa takut kepada Allah ini akan dimanfaatkan oleh hawa nafsu untuk menguasai diri seseorang. Ketika seseorang dibimbing oleh hawa nafsunya, maka tidak mustahil ia akan jatuh ke dalam perbuatan-perbuatan syirik seperti memohon kepada pohonan besar karena ingin segera kaya, datang ke kuburan para wali untuk minta pertolongan agar ia dipilih jadi presiden, atau selalu merujuk kepada para dukun untuk suapaya penampilannya tetap memikat hati orang banyak.

Taqliid sebab yang ketiga. Al-Qur’an selalu menggambarkan bahwa orang-orang yang menyekutukan Allah selalu memberi alasan mereka melakukan itu karena mengikuti jejak nenek moyang mereka. Allah berfirman,“Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata, ‘Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya.’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji.’ Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?” (QS. Al-A’raf: 28).


BAB II

PEMBAHASAN


        Pengertian Syirik

Menurut bahasa atau syirik berasal dari kata يَشْرَكُ - شِرْكً -شَرَكَ  yang berarti sekutu. Atau juga syirik berasal dari kata- مُشْرِكٌ  اَشْرَكَ – يُشْرِكُ – اِشْرَكًا yang berarti menyekutukan, dan orang yang melakukannya disebut مُشْرِكٌ atau orang yang menyekutukan.

Sedangkan menurut istilah syirik adalah suatu keyakinan seseorang akan adanya suatu kekuatan yang dapat memberikan manfaat atau madarat diluar kekuatan Allah SWT., baik direalisasikan dengan perbuatan berbentuk ritual penyembahan ataupun hanya berupa keyakinan yang tertanam didalam hati.

        Dalil-dalil tentang syirik

a. Q.S An-Nisa ayat 48

إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

Artinya: “ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar:.

 

b. Q.S Hud ayat 61

وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الأرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ

Artinya: “Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Saleh. Saleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."

c.  Q.S. Hud ayat 84

وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ وَلا تَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِنِّي أَرَاكُمْ بِخَيْرٍ وَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ مُحِيطٍ

Artinya : “Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syuaib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)."

        Pembagian syirik

a.    Dilihat dari sifat dan tingkat sanksinya, syirik dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1.      Syirik Akbar (Syirik Besar)

Syirik akbar merupakan syirik yang tidak akan mendapat ampunan Allah. Syirik akbar dibagi menjadi dua, yang pertama yaitu Zahirun Jali (tampak nyata), yakni perbuatan kepada tuhan-tuhan selain Allah atau baik tuhan yang berbentuk berhala, binatang, bulan, matahari, batu, gunung, pohon besar, sapi, ular, manusia dan sebagainya. Demikian pula menyembah makhluk-makhluk ghaib seperti setan, jin dan malaikat.

Yang kedua yaitu syirik akbar Bathinun Khafi (tersembunyi) seperti meminta pertolongan kepada orang yang telah meninggal. Setiap orang yang menaati makhluk lain serta mengikuti selain dari apa yang telah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya, berarti telah terjerumus kedalam lembah kemusyrikan. Firman Allah SWT:

2.    Syirik Asghar (Syirik Kecil)

Syirik asghar termasuk perbuatan dosa besar, akan tetapi masih ada peluang diampuni Allah jika pelakunya segera bertobat. Seorang pelaku syirik asghar dikhawatirkan akan meninggal dunia dalam keadaan kufur jika ia tidak segera bertaubat.uu

b.      Menurut klasifikasi umum, syirik dibagi menjadi empat macam yaitu:

1.    Syirku Al-‘Ilmi.

Inilah syirik yang umumnya terjadi pada ilmuan. Mereka mengagungkan ilmu sebagai maha segalanya. Mereka tidak mempercayai pengetahuan yang diwahyukan Allah. Sebagai contoh mereka mengatakan bahwa manusia berasal dari kera.

2.    Syirku At-Tasarruf.

Syirik jenis ini pada prinsipnya disadari atau tidak oleh pelakunya, menentang bahwa Allah Maha Kuasa dan segala kendali atas penghidupan manusia berada di tangan-Nya. Mereka percaya adanya “perantara” itu mempunyai kekuasaan. Contohnya adalah kepercayaan bahwa Nabi Isa anak Tuhan, percaya pada dukun, tukang sihir atau sejenisnya.

3.    Syirku Al- Ibadah.

Inilah syirik yang menuhankan pikiran, ide-ide atau fantasi. Mereka hanya percaya pada fakta-fakta konkrit yang berasal dari pengalaman lahiriyah. Misalnya seorang atheis memuja ide pengingkaran terhadap berbagai bentuk kegiatan.

4.      Syirku Al-‘Addah.

 Ini adalah kepercayaan terhadap tahayul. Sebagai contoh percaya bahwa angka 13 itu adalah angka sial sehingga tidak mau menggunakan angka tersebut, menghubungkan kucing hitam dengan kejahatan, dan sebagainya.

        Contoh perbuatan syirik

a.    Contoh-contoh perbuatan syirik asghar antara lain:

1.      Bersumpah dengan nama selain Allah[2]

Sabda rasulullah SAW:    وَمَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللّٰهِ فَقَدْكَفَرَاَوْاَشْرَكَ

Artinya: “Dan barang siapa yang bersumpah dengan selain nama Allah, maka dia telah kufur atau syirik”. (HR. Tirmidzi).

2.      Memakai azimat

Memakai azimat termasuk perbuatan syirik karena mengandung unsur meminta atau mengharapkan sesuatu kepada kekuatan lain selain Allah.

Sabda rasulullah SAW:     مَنْ تَعَلَّقَ تَمِيْمَةًفَقَدْاَشْرَكَ

Artinya: “Barangsiapa menggantungkan azimat, maka dia telah berbuat syirik”. (HR. Ahmad).

 

3.      Mantera

Mantera yaitu mengucapkan kata-kata atau gumam-gumam yang dilakukan oleh orang jahiliyah dengan keyakinan, bahwa kata-kata atau gumam-gumam itu dapat menolak kejahatan atau bala dengan bantuan jin.

Sabda rasulullah SAW:     اِنَّ الرُّقْىَوَالتَّمَاٮِٕمَ وَالتَّوَلَةَشِرْكٌ

Artinya: ”Sesungguhnya mantera, azimat dan guna-guna itu adalah perbuatan syirik”. (HR. Ibnu Hibban).

4.      Sihir

Sihir termasuk perbuatan syirik karena perbuatan tersebut dapat menipu atau mengelabui orang dengan bantuan jin atau setan. Dan dalam sebuah hadits disebutkan yang artinya: “Barangsiapa yang membuat suatu simpul kemudian dia meniupinya, maka sungguh ia telah menyihir. Barangsiapa menyihir, sungguh ia telah berbuat syirik”. (HR. Nasa’i).

5.      Peramalan

Yang dimaksud peramalan ialah menentukan dan memberitahukan tentang hal-hal yang ghaib pada masa-masa yang akan datang baik itu dilakukannya dengan ilmu perbintangan, dengan membaca garis-garis tangan, dengan bantuan jin dan sebagainya. Rasulullah SAW bersabda:

اقْتَبَسَ شُعْبَةًمِنَ النُّجُوْمِ فَقَدِاقْتَبَسَ  شُعْبَةًمِنَ مَنِ السِّحْرِ

Artinya: “Barangsiapa yang mempelajari salah sat ilmu perbintangan, maka ia telah mempelajari sihir”. (HR. Abu Daud).

 Yang dimaksud ilmu perbintangan dalam hadits ini bukanlah ilmu perbintangan yang mempelajari tentang planet yang dalam ilmu pengetahuan disebut astronomi.

6.      Dukun dan tenung

Dukun ialah orang yang dapat memberitahukan tentang hal-hal yang ghaib pada masa datang, atau memberitahukan apa yang tersirat dalam naluri manusia. Adapun tukang tenung adalah nama lain dari peramal atau dukun, atau orang-orang yang mengaku bahwa dirinya dapat mengetahui dan melakukan hal-hal yang ghaib, baik dengan bantuan jin atau setan, ataupun dengan membaca garis tangan. Dalam sebuah hadits diterangkan yang artinya: “Dari Wailah bin Asqa’i ra berkata: aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa datang kepada tukang tenung lalu menanyakan tentang sesuatu, maka terhalanglah tobatnya selama empat puluh hari. Dan bila mempercayai perkataan tukang tenung itu, maka kafirlah ia”. (HR. Thabrani).

7.      Bernazar kepada selain Allah

Dalam masyarakat masih dijumpai seseorang bernazar kepada selain Allah. Misalnya seseorang bernazar, “Jika aku sembuh dari penyakit aku akan mengadakan sesajian ke makam wali”. Perbuatan seperti itu adalah perbuatan yang sesat.

Firman Allah SWT:

وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ نَفَقَةٍ أَوْ نَذَرْتُمْ مِنْ نَذْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

Artinya: “Apa saja yang kamu nafkahkan atau apa saja yang kamu nazarkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. Orang-orang yang berbuat zalim tidak ada seorang penolongpun baginya”. (QS. Al-Baqarah: 270).

8.      Riya

Riya adalah beramal bukan karena Allah, melainkan karena ingin dipuji atau dilihat orang. Riya termasuk syirik, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:اَخْوَفُ مَااَخاَفُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكَ الْاَصْغَرَفَسُٮِٔلَ عَنْهُ فَقَالَ الرِّيَاءُ

Artinya: “Sesuatu yang amat aku takuti yang akan menimpa kamu ialah syirik kecil. Nabi ditanya tentang hal ini, maka beliau menjawab, ialah Riya”. (HR. Ahmad).

9.      Pada masa pemerintahan Fir’aun, dari kaum Fir’aun kita dapat menarik pelajaran bahwa yang disebut syirik bukan hanya sikap seseorang yang mengagung-agungkan sesuatu dari kalangan sesama makhluk, termasuk sesama manusia (kultus), tetapi syirik juga meliputi sikap mengagung-agungkan diri sendiri kemudian menindas harkat dan martabat sesama manusia, seperti tingkah diktator dan tiran. Sebagaimana firman Allah SWT:

وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا حَتَّى

 إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Artinya: “Dan ini sama sekali tidak dalam ‘kegagalan’ atau ‘keperkasaan’, melainkan justru dalam kehinaan yang lebih mendasar, karena dia diperhamba oleh nefsunya sendiri untuk berkuasa dan menguasai orang lain. Inilah keadaan Fir’aun yang kemudian mengalami hukum Tuhan yang tragis dan dramatis, dan dia baru insyaf setelah malapetaka menimpa, namun sudah terlambat.” (QS. Yunus: 90).

 

        Akibat Perbuatan Syirik

Adapun akibat negatif yang ditimbulkan dari syirik, antara lain:

1.      Sulit menerima kebenaran. Firman Allah SWT:

خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Artinya : “Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup, dan mereka akan mendapat adzab yang berat.” (QS. Al-Baqarah: 7).

Hati orang-orang syirik tertutup untuk menerima kebenaran baik yang datangnya dari Allah dan Rasul-Nya. Menurut Ibnu Jarir, ketertutupan hati orang syirik itu lantaran dari sifat kesombongan dan penentangannya terhadap kebenaran yang disampaikan kepadanya. Orang-orang syirik yang mendustakan ayat-ayat Allah dideri peringatan atau tudak sama saja bagi mereka, karena hati mereka buta.

 

2.    Munculnya perasaan bimbang dan ragu. Firman Allah SWT:

ƒ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ

Artinya:“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu, dan mereka mendapat adzab yang pedih, karena mereka berdusta.” (QS. Al-Baqarah: 10).

Menurut pendapat Ibnu Abbas, penyakit hati orang syirik adalah perasaan bimbang dan ragu (syak), kegoncangan batin seperti inilah yang menjadikan mereka merasa gelisah. Hatinya tidak pernah tenang, merasa tidak puas dengan harta, jabatan yang mereka miliki.

3.      Hanya akan memperoleh kesenangan sementara.

Kesenangan hidup di dunia yang diperoleh orang-orang musyrik sifatnya sementara, di akhirat kelah akan mendapatkan siksa yang pedih. Meskipun ketika hidup di dunia mereka dalam keadaan miskin dan sengsara, lebih-lebih jika mereka kaya, bagi mereka hal itu tetap merupakan keuntungan dan kesenangan karena mereka mengikuti hawa nafsunya.

4.      Amalan dan harta yang yang dinafkahkan sia-sia.

Amalan yang dinafkahkan orang-orang musyrik adalah sia-sia (tidak diberi pahala oleh Allah), apa yang dimilikinya tidak akan dapat digunakan untuk menebus siksa di akhirat kelak, sebagaimana firman Allah SWT:

مَثَلُ مَا يُنْفِقُونَ فِي هَذِهِ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رِيحٍ فِيهَا صِرٌّ أَصَابَتْ حَرْثَ قَوْمٍ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَأَهْلَكَتْهُ وَمَا ظَلَمَهُمُ اللَّهُ وَلَكِنْ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

Artinya: “Perumpaan harta yang mereka infakkan di dalam kehidupan dunia ini, ibarat angin yang mengandung hawa sangat dingin yang menimpa tanaman (milik) suatu kaum yang menzalimi diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menzalimi mereka, tetapi mereka yang menzalimi diri sendiri.” (QS. Ali Imran: 117).

5.        Orang musyrik dinilai sebagai makhluk terburuk.

Allah menilai orang-orang musyrik dengan penilaian yang sangat rendah. Orang-orang musyrik itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih rendah dan sesat daripada binatang.

6.    Menjadi musuh Allah.

Perbuatan musyrik menyebabkan murka Allah SWT, sebagaimana firman Allah:

فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ

Artinya: “…..maka sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 98).

 

7.    Dijanjikan mendapat siksa neraka. Allah menerangkan dalam firman-Nya:

يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ

 إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ

Artinya: “Pada hari itu ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram. Adapun orang-orang yang berwajah hitan muram (kepada mereka dikatakan), mengapa kamu syirik setelah beriman? Karena itu rasakanlah adzab disebabkan kekafiranmu itu.” (QS. Ali Imran: 106).

        Hikmah Menghindari Perbuatan Syirik

Seseorang yang dapat membebaskan dirinya dari perbuatan syirik memiliki pengaruh dalam kehidupan manusia secara nyata, antara lain:

1.      Mengangkat manusia ke derajat paling tinggi dan mulia.

2.      Mengalirkan rasa kesederhanaan dan kesahajaan.

3.      Membuat manusia menjadi suci dan benar

5.   Memunculkan kepercayaan yang teguh dalam segala hal, tidak mempunyai hubungan khusus dengan siapapun atau apapun yang menyebabkan rusaknya iman.

6.      Tidak mudah putua asa dengan keadaan yang dihadapi.

7.      Menumbuhkan keberanian dalam diri manusia. Dalam hubungan ini ada dua hal yang membuat manusia menjadi pengecut, yaitu takut mati, dan pemikiran yang menyatakan bahwa ada orang lain selain Allah yang dapat mencabut nyawanya.

8.      Mengembangkan sikap cinta damai dan keadilan, menghalau rasa cemburu, dengki, dan iri hati.

9.      Menjadi taat dan patuh kepada hukum-hukum Allah.

 

 


 

BAB III

PENUTUP

        Kesimpulan

Syirik yaitu kepercayaan terhadap suatu benda yang mempunyai kekuatan tertentu atau juga mempercayai hal-hal selain Allah Swt. Orang yang mempercayai hal tersebut dinamakan Musyrik. Sedangkan orang musyrik itu adalah orang yang mempersekutukan.

Pengertian Musyrik menurut istilah yaitu orang yang menyembah dan mengakui adanya Tuhan selain Allah atau menyamakan sesuatu dengan Allah, baik Zat, Sifat, ataupun perbuatan-Nya.

Sikap syirik dapat merusak, bahkan dapat menggugurkan aqidah Islam. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati jangan sampai gerak hati, ucapan, dan perbuatan kita terbawa kedalam kemusyrikan. Sebab ada syirik kecil dan syirik besar. Syirik kecil dapat berubah menjadi syirik besar.

DAFTAR PUSTAKA

Subhani, Ja’far, Tauhid Dan Syirik, (Bandung: Mizan, 1996).

Wahhab, Muhammad Bin Abdul, Tegakkan Tauhid Tumbangkan Syirik, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000).

Tim Penyusun, Akidah Akhlak al-Hikmah, (Surabaya: Akik Pusaka, 2008).

 Ja’far  Subhani , Tauhid Dan Syirik, (Bandung: Mizan, 1996), 230.

MAKALAH - PUASA

  PUASA                A .  Pengertian, Rukun, Syarat dan yang Membatalkan Puasa 1.       Definisi Puasa Puasa atau juga yang diken...